Minggu, 11 Februari 2018

BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Nilai-nilai Pendidikan memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.Oleh karena itu, hakikat dari nilai-nilai pendidikan dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan Nilai-nilai Pendidikan pada lembaga pendidikan formal.Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian masal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya.Bahkan di kota-kota besar tertentu, seperti Jakarta, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan.Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian siswa melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan budi pekerti.

1.2       Rumusan Masalah
   1. Apa pengetian dari nilai?
   2. Apa pengertian dari pendidikan?
   3. Apa saja nilai yang ada dalam pendidikan?
   3. Sebut dan jelaskan macam-macam dari nilai pendidikan?


1.3       Tujuan Masalah
   1. Mengetahui pengetian dari nilai.
   2. Mengetahui pengertian dari pendidikan.
   3. Mengetahui macam macam dari nilai pendidikan.



















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengetian Nilai
Pepper (dalam Soelaeman, 2005:35) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk. Sejalan dengan pengertian tersebut, Soelaeman (2005) juga menambahkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk, sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dalam seleksi perilaku yang ketat.
Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006:117) mengungkapkan nilai merupakan sesuatu yang berguna bagi manusia baik jasmani maupun rohani.Sedangkan Soekanto (1983:161) menyatakan, nilai-nilai merupakan abstraksi dari pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya.Nilai merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.Selain itu, nilai dapat dikatkan sebagai sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Persahabatan sebagai nilai (positif/baik) tidak akan berubah esensinya manakala ada pengkhianatan antara dua yang bersahabat. Artinya nilai adalah suatu ketetapan yang ada bagaimanapun keadaan di sekitarnya berlangsung.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang positif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia dan harus dimiliki setiap manusia untuk dipandang dalam kehidupan bermasyarakat.Nilai di sini dalam konteks etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan jelek).

2.2 Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “Paedogogike”, yang terdiri atas kata “Pais” yang berarti Anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku membimbing”. paedogogike berarti aku membimbing anak Hadi (dalam Amalia, 2010). Purwanto (dalam Amalia, 2010) juga menyatakan bahwa pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.Hakikat pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri belum dewasa. Adler (dalam Amalia, 2010) mengartikan pendidikan sebagai proses dimana seluruh kemampuan manusia dipengaruhi oleh pembiasaan yang baik untuk untuk membantu orang lain dan dirinya sendiri mencapai kebiasaan yang baik
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik ke arah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui proses pendidikan. Proses pendidikan bukan berarti hanya dapat dilakukan dalam satu tempat dan suatu waktu. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya.

2.3  Nilai yang Ada Dalam Pendidikan
1.      Kebaikan
Tidak semua kebaikan merupakan kebaikan akhlak.Secara umum, kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju kesempurnaan manusia.kebaikan disebut nilai(value) apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi konkrit. Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalan yang ditempuh.
Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu, dalam pelaksanaanpertama yang diperlukan adalah jalan-jalan itu.Jalan yang ditempuh mendapatkan nilai tujuan akhir.Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika manusia tidak memiliki tujuan hidup maka manusia akan hidup dalam serampangan. Jika seperti itu, manusia tidak akan sampai pada kesempurnaan kebaikan selaras dengan tujuan akhir untuk arah hidupnya.
Dalam praktik, tidak mungkin ada perbuatan kemanusian netral, sebabnya perbuatan itu setidak-tidaknya secara implisit mempunyai tujuan.Kesusilaan tidak semata-mata hanya bergantung pada maksud dan kemauan baik, orang juga harus menghendaki kebaikan.
2.      Kebajikan
Kebiasaan(habitat) merupakan kualitas kejiwaan, keadaan yang tetap sehingga memudahkan pelaksanaan perbuatan. Kebiasaan disebut juga dengan kodrat yang kedua. Kebiasaan dalam pengertiaan sebenarnya hanya ditemukan pada manusia karena hanya manusia yang dapat sengaja bebas mengarahkan kegiatannya.kebiasaan dari sudut kesusilaan baik dinamakan kebajikan(virtue), sedangkan yang jahat ,buruk dinamakan kejahatan(vice).
Kebajikan adalah pengetahuan, kejahatan ketidaktahuan.Tidak ada orang berbuat jahat dengan sukarela (Socrates).Keinginan manusia dapat menentang akal, dan akal tidak tidak mempunyai kekuasaan mutlak atas keinginan, kecuali kekuasaan tidak langsung.
Kebajikan budi menyempurnakan akal menjadi alat yang baik untuk menerima pengetahuan. Kebajikan pokok adalah kebajikan susila yang terpenting, meliputi:
a)      Pengendaliaan keinginan pada kepuasan badaniah ( pertahanan/pengendalian hawa    nafsu indrawi)
b)      Memberikan hak kepada yang memilikinya(keadilan)

3.      Kebahagiaan
a)      Kebahagiaan Subjektif
Manusia merasa kosong, tidak puas, gelisah, selama keinginannya tidak terpenuhi.Kepuasan yang sadar, yang dirasakan seseorang karena keinginannya memiliki kebaikan sudah terlaksana disebut dengan kebahagiaan.Kebahagiaan sempurna terjadi karena kebaikan sempurna dimiliki secara lengkap sehingga memenuhi seluruh keinginan kita yang tidak sempurna/ berisi kekurangan.Apakah kebahagiaan sempurna dapat dicapai? Kaum Ateis, kalau konsekuen, harus mengatakan kebahagiaan sempurna itu tdak ada,karena mereka semata-mata membatasi kehidupan pada duniawi dan mengingkari hal yang bersifat supranatural.
Beberapa jalan pikiran yang perlu dipertimbangkan yang menganggap kebahagiaan sempurna itu dapat dicapai adalah:
a.       Manusia mempunyai keinginan akan bahagia sempurna. Keinginan tersebut merupakan bawaan kodrat manusia yang merupakan dorongan alam rohaniah.
b.      Keingin tersebut berasal dari sesuatu yang transenden
c.       Sifat bawaan tersebut dimaksudkan untuk mencapai kesempurnaan yang sesuai dengan harkat manusia.
d.      Pada manusia terdapat pula keinginan yang berasal dari hawa nafsu serakahnya. Sehingga sering kali menutup keinginan yang berasal dari sanubarinya.

b)      Kebahagiaan Objektif
Manusia berusaha melaksanakan dalam dirinya suasana kebahagiaan sempurna yang tetap, ini tujuan subjektif bagi manusia. Apakah objek yang dapat memberikan kepada manusia suasana kebahagiaan yang sempurna?apakah tujuan akhir manusia yang bersifat lahiriah dan objektif? Terdapat berbagai aliran dalam kebahagiaan objektif, yakni:
a.       Hedonisme, kebahagiaan adalah kepuasan jasmani yang dirasa insentif dari kepuasan rohaniah
b.      Epikurisme, suasana kebahagiaan ketemtraman jiwa, ketenangan batin, sebanyak mungkin menikmati , sedikit mungkin menderita.
c.       Utilitarisme, kebahagiaan adalah faedah bagi diri sendiri maupun masyarakat. Menurut Jeremy Bentham(1748-1832) bersifat utilitaris pada kependidikan umum, tetapi karena masih mengingat kepentingan individu sebagai anggota masyarakat, ukurannya kuantitatif. Menurut John Stuart Mill(1806-1873) utilitarisme telah mencapai perkembangan sepenuhnya yang bersifat altruistic. Setiap orang harus menolong untuk kebahagiaan tertinggi bagi khalayak manusia, ukurannya kualitatif.
d.      Stoisisme,kebahagiaan adalah melepaskan diri dari tiap keinginan, kebutuhan, kebiasaan atau ikatan. Kebahagiaan tidak terlepas dari hal tersebut, hal tersebut tidak terletak dalam kepuasan, tetapi pada “ orang merasa cukup dengan dirinya sendiri “ ini merupakan kebaikan dan kebajikan.
e.       Evolusionisme, tujuan akhir manusia sebagai evolusi kearah puncak tertinggi yang belum diketahui bentuknya. Evolusionisme merupakan ajaran kemajuan, pertumbuhan yang dilakukan manusia , kendatipun tujuan terakhir tak dikenal. Herbert Spencer (1820-1903) menghubungkan evolusionisme dengan Etika Utilitarianism. Jhon Dewey (1859-1952) mengatakan bahwa: “pemikiran hanyalah alat untuk bertindak(instrumentalism). Tujuan adalah pragmatic (yang berguna).
Kepuasan yang diperoleh manusia saat memujudkan kebahagiaan akan hilang pada saat kita mati. Oleh sebab itu kekayaan, kekuasaan tidak dapat mencapai tujuan akhir manusia, ia hanya sebagai alat. Kebutuhan jasmani sebagai kesehatan, kekuatan , keindahan juga tergolong pada ketidaksempurnaan. Kebutuhan jiwa adalah pengetahuan untuk kebajikan, kebutuhan mulia itu sangat diharuskan untuk kebahagiaan.Tetapi pengetahuaan itu sendiri bukan merupakan tujuan.Pengetahuaan juga dapat dipergunakan untuk kejahatan. Kebajikan semata-mata hanya jalan yang lurus, tepat pada arah kebaikan tertinggi, tetapi  bukan tujuan.
Kepuasan dan kegembiraan selalu merupakan kesukaan, kegembiraan tentang sesuatu. Pencapaiaan tujuan akhir akan membawa kesukaan tertinggi. Di dunia ini tidak semua kepuasan dapat dicapai, dan apa yang kita capai tidak bersifat tetap dan pada ujungnya berakhir dengan maut. Perbuatan baik pun seringkali mendapat salah paham dan kurang terima kasih.
Kebahagiaan sempurna harus dicari pada sesuatu yang ada diluar manusia.Oleh sebab itu, objek satu-satunya yang dapat memberi kebahagiaan sempurna pada manusia dan dengan sendirinya merupakan tujuan akhir objektif manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Bukti secara positif dengan memperlihatkan bahwa hanya Tuhan yang dapat memenuhi seluruh keinginan manusia. Untuk pelaksanaan bahagia sempurna, Tuhan saja cukup, Ia tidak terbatas sehingga meliputi seluruh kesempurnaan dan dalam taraf yang tertingg .untuk pengertian yang benar orang harus memikirkan:
1)      Kebahagiaan sempurna tidak berarti kebahagiaan yang terbatas, objek tak terhingga tidak dimiliki dengan cara yang tidak terhingga.
2)      Kodrat akal manusia terbatas, kekuatannya setiap saat  juga terbatas. Tetapi datangnya kekuatan akal selalu tidak terbatas, dan tidak dapat terpenuhi dengan baik. Hanya yang tak terhingga yang dapat terpenuhi dengan baik. Dalam hidup di Dunia ini pengetahuan kita masih gelap dan tidak tetap sehingga kebahagiaan sempurna tidak tercapai. Pengetahuan yang semakin sempurna akan tumbuh persesuaian dengan peraturan Tuhan.
3)      Objek kebahagiaan yang tarafnya rendah turut serta mengalami kebahagiaan dari yang bertaraf lebih tinggi. Intisari kebahagiaan terdiri dari kepuasan akal dan kepuasan kehendak karena memiliki Tuhan. Kepuasan lainnya hanya merupakan cabang kebahagiaan yang menambah kebahagiaan pokok. 
2.4  Macam-macam Nilai Pendidikan
Sebagai bagian dari karya seni, film mempunyai berbagai unsur-unsur layaknya karya seni yang lain semacam lagu ataupun novel. Sebagai karya seni, film mengandung pesan atau nilai-nilai yang mampu mempengaruhi perilaku seseorang.Adapun nilai-nilai pendidikan yang dapat ditemukan dalam film adalah sebagai berikut.
1.      Nilai Pendidikan Religius
Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam dalam lubuk hati manusia sebagai human nature. Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Rosyadi, dalam Amalia, 2010). Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan.Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya seni dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama.Nilai-nilai religius dalam seni bersifat individual dan personal.
Semi (1993:21) juga menambahkan, kita tidak mengerti hasil-hasil kebudayaanya, kecuali bila kita paham akan kepercayaan atau agama yang mengilhaminya. Religi lebih pada hati, nurani, dan pribadi manusia itu sendiri.Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
2.      Nilai Pendidikan Moral
Moral merupakan makna yang terkandung dalam karya seni, yang disaratkan lewat cerita.Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupaka moral (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2005: 320).Hasbullah (dalam Amalia, 2010) menyatakan bahwa, moral merupakan kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk. Nilai moral yang terkandung dalam karya seni bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Uzey (2009) berpendapat bahwa nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral.Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia.Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan manusia sehari-hari.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku.
3.      Nilai Pendidikan Sosial
Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat/ kepentingan umum. Nilai pendidikan sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial brupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan sosial bermasyarakat antar individu. Nilai pendidikan sosial yang ada dalam karya seni dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang diinterpretasikan (Rosyadi, dalam Amalia, 2010). Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya.
Nilai pendidikan sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Dalam masyarakatIndonesiayang sangat beraneka ragam coraknya, pengendalian diri adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan masyarakat. Sejalan dengan tersebut nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri tersendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan mengarahkan individu agar berbuat sesuai norma yang berlaku.
Uzey (2009) juga berpendapat bahwa nilai pendidikan sosial mengacu pada pertimbangan terhadap suatu tindakan benda, cara untuk mengambil keputusan apakah sesuatu yang bernilai itu memiliki kebenaran, keindahan, dan nilai ketuhanan. Jadi nilai pendidikan sosial dapat disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai pendidikan sosial juga merupakan sikap-sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang penting.
4.      Nilai Pendidikan Budaya
Nilai-nilai budaya menurut merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nilai budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada suatu masyarakat dan kebudayaannya. Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat. (Rosyadi, dalam Amalia, 2010).
Uzey (2009) berpendapat mengenai pemahaman tentang nilai budaya dalam kehidupan manusia diperoleh karena manusia memaknai ruang dan waktu. Makna itu akan bersifat intersubyektif karena ditumbuh-kembangkan secara individual, namun dihayati secara bersama, diterima, dan disetujui oleh masyarakat hingga menjadi latar budaya yang terpadu bagi fenomena yang digambarkan.
Sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai intinya ia akan mempengaruhi dan menata elemen-elemen yang berada pada struktur permukaan dari kehidupan manusia yang meliputi perilaku sebagai kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan material. Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup.Karena itu, suatu sisitem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem nilai pendidikan budaya merupakan nilai yang menempati posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda-benda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola.














BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Pepper (dalam Soelaeman, 2005:35) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk. Sejalan dengan pengertian tersebut, Soelaeman (2005) juga menambahkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk, sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dalam seleksi perilaku yang ketat.
Hakikat pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri belum dewasa.




















DAFTAR PUSTAKA
Fadlillah Muhammad. 2004. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
https://griyawardani.wordpress.com/2011/05/19/nilai-nilai-pendidikan/







terima kasih anda telah meluangkan waktu untuk membaca blog ini, semoga bermanfaat dan saya harap beri komentar agar saya bisa memperbaiki mana yang kurang.

saya ucapkan terima kasih sekali lagi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar