BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Nilai-nilai
Pendidikan memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi
manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.Adapun kriteria
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi
suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu,
yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.Oleh karena itu,
hakikat dari nilai-nilai pendidikan dalam konteks pendidikan di Indonesia
adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari
budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi
muda.
Dewasa
ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan
Nilai-nilai Pendidikan pada lembaga pendidikan formal.Tuntutan tersebut
didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan
remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian masal dan berbagai kasus dekadensi
moral lainnya.Bahkan di kota-kota besar tertentu, seperti Jakarta, gejala
tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan.Oleh karena itu,
lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan
dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian siswa melalui
peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan budi pekerti.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengetian dari nilai?
2. Apa
pengertian dari pendidikan?
3. Apa saja
nilai yang ada dalam pendidikan?
3. Sebut dan
jelaskan macam-macam dari nilai pendidikan?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui
pengetian dari nilai.
2. Mengetahui
pengertian dari pendidikan.
3. Mengetahui
macam macam dari nilai pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengetian Nilai
Pepper (dalam
Soelaeman, 2005:35) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang yang
baik atau yang buruk. Sejalan dengan pengertian tersebut, Soelaeman (2005) juga
menambahkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai
subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk, sebagai abstraksi,
pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dalam seleksi perilaku yang
ketat.
Darmodiharjo
(dalam Setiadi, 2006:117) mengungkapkan nilai merupakan sesuatu yang berguna
bagi manusia baik jasmani maupun rohani.Sedangkan Soekanto (1983:161)
menyatakan, nilai-nilai merupakan abstraksi dari pengalaman-pengalaman pribadi
seseorang dengan sesamanya.Nilai merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah
berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan
sehari-hari.Selain itu, nilai dapat dikatkan sebagai sesuatu yang berharga,
bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.Sesuatu itu bernilai
berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Persahabatan
sebagai nilai (positif/baik) tidak akan berubah esensinya manakala ada
pengkhianatan antara dua yang bersahabat. Artinya nilai adalah suatu ketetapan
yang ada bagaimanapun keadaan di sekitarnya berlangsung.
Dari beberapa
pendapat tersebut di atas pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai sesuatu
yang positif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia dan harus dimiliki setiap
manusia untuk dipandang dalam kehidupan bermasyarakat.Nilai di sini dalam konteks
etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan jelek).
2.2 Pengertian Pendidikan
Pendidikan
secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “Paedogogike”, yang terdiri atas
kata “Pais” yang berarti Anak” dan kata “Ago” yang berarti
“Aku membimbing”. paedogogike berarti aku membimbing anak Hadi (dalam
Amalia, 2010). Purwanto (dalam Amalia, 2010) juga menyatakan bahwa pendidikan
berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.Hakikat
pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik
haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik
jika pendidiknya sendiri belum dewasa. Adler (dalam Amalia, 2010) mengartikan
pendidikan sebagai proses dimana seluruh kemampuan manusia dipengaruhi oleh
pembiasaan yang baik untuk untuk membantu orang lain dan dirinya sendiri
mencapai kebiasaan yang baik
Berdasarkan
dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan
merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik ke arah kedewasaan, bersifat
baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui
proses pendidikan. Proses pendidikan bukan berarti hanya dapat dilakukan dalam
satu tempat dan suatu waktu. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan
manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusia
sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya.
2.3
Nilai yang
Ada Dalam Pendidikan
1. Kebaikan
Tidak semua
kebaikan merupakan kebaikan akhlak.Secara umum, kebaikan adalah sesuatu yang
diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia
baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju kesempurnaan manusia.kebaikan
disebut nilai(value) apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi konkrit.
Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalan yang
ditempuh.
Pertama kali
yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu, dalam pelaksanaanpertama yang
diperlukan adalah jalan-jalan itu.Jalan yang ditempuh mendapatkan nilai tujuan
akhir.Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika
manusia tidak memiliki tujuan hidup maka manusia akan hidup dalam serampangan.
Jika seperti itu, manusia tidak akan sampai pada kesempurnaan kebaikan selaras
dengan tujuan akhir untuk arah hidupnya.
Dalam praktik,
tidak mungkin ada perbuatan kemanusian netral, sebabnya perbuatan itu
setidak-tidaknya secara implisit mempunyai tujuan.Kesusilaan tidak semata-mata
hanya bergantung pada maksud dan kemauan baik, orang juga harus menghendaki
kebaikan.
2. Kebajikan
Kebiasaan(habitat)
merupakan kualitas kejiwaan, keadaan yang tetap sehingga memudahkan pelaksanaan
perbuatan. Kebiasaan disebut juga dengan kodrat yang kedua. Kebiasaan dalam
pengertiaan sebenarnya hanya ditemukan pada manusia karena hanya manusia yang
dapat sengaja bebas mengarahkan kegiatannya.kebiasaan dari sudut kesusilaan
baik dinamakan kebajikan(virtue), sedangkan yang jahat ,buruk dinamakan
kejahatan(vice).
Kebajikan
adalah pengetahuan, kejahatan ketidaktahuan.Tidak ada orang berbuat jahat
dengan sukarela (Socrates).Keinginan manusia dapat menentang akal, dan akal
tidak tidak mempunyai kekuasaan mutlak atas keinginan, kecuali kekuasaan tidak
langsung.
Kebajikan budi
menyempurnakan akal menjadi alat yang baik untuk menerima pengetahuan.
Kebajikan pokok adalah kebajikan susila yang terpenting, meliputi:
a) Pengendaliaan
keinginan pada kepuasan badaniah ( pertahanan/pengendalian hawa nafsu indrawi)
b) Memberikan
hak kepada yang memilikinya(keadilan)
3. Kebahagiaan
a) Kebahagiaan
Subjektif
Manusia merasa kosong, tidak puas, gelisah, selama keinginannya tidak
terpenuhi.Kepuasan yang sadar, yang dirasakan seseorang karena keinginannya
memiliki kebaikan sudah terlaksana disebut dengan kebahagiaan.Kebahagiaan
sempurna terjadi karena kebaikan sempurna dimiliki secara lengkap sehingga
memenuhi seluruh keinginan kita yang tidak sempurna/ berisi kekurangan.Apakah
kebahagiaan sempurna dapat dicapai? Kaum Ateis, kalau konsekuen, harus mengatakan
kebahagiaan sempurna itu tdak ada,karena mereka semata-mata membatasi kehidupan
pada duniawi dan mengingkari hal yang bersifat supranatural.
Beberapa jalan
pikiran yang perlu dipertimbangkan yang menganggap kebahagiaan sempurna itu
dapat dicapai adalah:
a. Manusia
mempunyai keinginan akan bahagia sempurna. Keinginan tersebut merupakan bawaan
kodrat manusia yang merupakan dorongan alam rohaniah.
b. Keingin
tersebut berasal dari sesuatu yang transenden
c. Sifat
bawaan tersebut dimaksudkan untuk mencapai kesempurnaan yang sesuai dengan
harkat manusia.
d. Pada
manusia terdapat pula keinginan yang berasal dari hawa nafsu serakahnya.
Sehingga sering kali menutup keinginan yang berasal dari sanubarinya.
b) Kebahagiaan
Objektif
Manusia
berusaha melaksanakan dalam dirinya suasana kebahagiaan sempurna yang tetap,
ini tujuan subjektif bagi manusia. Apakah objek yang dapat memberikan kepada
manusia suasana kebahagiaan yang sempurna?apakah tujuan akhir manusia yang
bersifat lahiriah dan objektif? Terdapat berbagai aliran dalam kebahagiaan
objektif, yakni:
a. Hedonisme, kebahagiaan adalah kepuasan
jasmani yang dirasa insentif dari kepuasan rohaniah
b. Epikurisme, suasana kebahagiaan
ketemtraman jiwa, ketenangan batin, sebanyak mungkin menikmati , sedikit
mungkin menderita.
c. Utilitarisme, kebahagiaan adalah faedah
bagi diri sendiri maupun masyarakat. Menurut Jeremy Bentham(1748-1832) bersifat
utilitaris pada kependidikan umum, tetapi karena masih mengingat kepentingan
individu sebagai anggota masyarakat, ukurannya kuantitatif. Menurut John Stuart
Mill(1806-1873) utilitarisme telah mencapai perkembangan sepenuhnya yang
bersifat altruistic. Setiap orang harus menolong untuk kebahagiaan tertinggi
bagi khalayak manusia, ukurannya kualitatif.
d. Stoisisme,kebahagiaan adalah melepaskan
diri dari tiap keinginan, kebutuhan, kebiasaan atau ikatan. Kebahagiaan tidak
terlepas dari hal tersebut, hal tersebut tidak terletak dalam kepuasan, tetapi
pada “ orang merasa cukup dengan dirinya sendiri “ ini merupakan kebaikan dan
kebajikan.
e. Evolusionisme, tujuan akhir manusia
sebagai evolusi kearah puncak tertinggi yang belum diketahui bentuknya.
Evolusionisme merupakan ajaran kemajuan, pertumbuhan yang dilakukan manusia ,
kendatipun tujuan terakhir tak dikenal. Herbert Spencer (1820-1903)
menghubungkan evolusionisme dengan Etika Utilitarianism. Jhon Dewey (1859-1952)
mengatakan bahwa: “pemikiran hanyalah alat untuk bertindak(instrumentalism).
Tujuan adalah pragmatic (yang berguna).
Kepuasan yang
diperoleh manusia saat memujudkan kebahagiaan akan hilang pada saat kita mati.
Oleh sebab itu kekayaan, kekuasaan tidak dapat mencapai tujuan akhir manusia,
ia hanya sebagai alat. Kebutuhan jasmani sebagai kesehatan, kekuatan ,
keindahan juga tergolong pada ketidaksempurnaan. Kebutuhan jiwa adalah
pengetahuan untuk kebajikan, kebutuhan mulia itu sangat diharuskan untuk
kebahagiaan.Tetapi pengetahuaan itu sendiri bukan merupakan tujuan.Pengetahuaan
juga dapat dipergunakan untuk kejahatan. Kebajikan semata-mata hanya jalan yang
lurus, tepat pada arah kebaikan tertinggi, tetapi bukan tujuan.
Kepuasan dan
kegembiraan selalu merupakan kesukaan, kegembiraan tentang sesuatu. Pencapaiaan
tujuan akhir akan membawa kesukaan tertinggi. Di dunia ini tidak semua kepuasan
dapat dicapai, dan apa yang kita capai tidak bersifat tetap dan pada ujungnya
berakhir dengan maut. Perbuatan baik pun seringkali mendapat salah paham dan
kurang terima kasih.
Kebahagiaan
sempurna harus dicari pada sesuatu yang ada diluar manusia.Oleh sebab itu,
objek satu-satunya yang dapat memberi kebahagiaan sempurna pada manusia dan
dengan sendirinya merupakan tujuan akhir objektif manusia adalah Tuhan Yang
Maha Esa.
Bukti secara
positif dengan memperlihatkan bahwa hanya Tuhan yang dapat memenuhi seluruh
keinginan manusia. Untuk pelaksanaan bahagia sempurna, Tuhan saja cukup, Ia
tidak terbatas sehingga meliputi seluruh kesempurnaan dan dalam taraf yang
tertingg .untuk pengertian yang benar orang harus memikirkan:
1) Kebahagiaan
sempurna tidak berarti kebahagiaan yang terbatas, objek tak terhingga tidak
dimiliki dengan cara yang tidak terhingga.
2) Kodrat
akal manusia terbatas, kekuatannya setiap saat
juga terbatas. Tetapi datangnya kekuatan akal selalu tidak terbatas, dan
tidak dapat terpenuhi dengan baik. Hanya yang tak terhingga yang dapat
terpenuhi dengan baik. Dalam hidup di Dunia ini pengetahuan kita masih gelap
dan tidak tetap sehingga kebahagiaan sempurna tidak tercapai. Pengetahuan yang
semakin sempurna akan tumbuh persesuaian dengan peraturan Tuhan.
3) Objek
kebahagiaan yang tarafnya rendah turut serta mengalami kebahagiaan dari yang
bertaraf lebih tinggi. Intisari kebahagiaan terdiri dari kepuasan akal dan
kepuasan kehendak karena memiliki Tuhan. Kepuasan lainnya hanya merupakan
cabang kebahagiaan yang menambah kebahagiaan pokok.
2.4 Macam-macam
Nilai Pendidikan
Sebagai bagian dari karya seni, film
mempunyai berbagai unsur-unsur layaknya karya seni yang lain semacam lagu
ataupun novel. Sebagai karya seni, film mengandung pesan atau nilai-nilai yang
mampu mempengaruhi perilaku seseorang.Adapun nilai-nilai pendidikan yang dapat
ditemukan dalam film adalah sebagai berikut.
1. Nilai
Pendidikan Religius
Religi merupakan suatu kesadaran
yang menggejala secara mendalam dalam lubuk hati manusia sebagai human
nature. Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan secara lahiriah
melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total dalam
integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Rosyadi, dalam Amalia, 2010).
Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut
tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan.Nilai-nilai religius yang
terkandung dalam karya seni dimaksudkan agar penikmat karya tersebut
mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada
nilai-nilai agama.Nilai-nilai religius dalam seni bersifat individual dan
personal.
Semi (1993:21) juga menambahkan,
kita tidak mengerti hasil-hasil kebudayaanya, kecuali bila kita paham akan
kepercayaan atau agama yang mengilhaminya. Religi lebih pada hati, nurani, dan
pribadi manusia itu sendiri.Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta
bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
2. Nilai
Pendidikan Moral
Moral merupakan makna yang
terkandung dalam karya seni, yang disaratkan lewat cerita.Moral dapat dipandang
sebagai tema dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupaka
moral (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2005: 320).Hasbullah (dalam Amalia, 2010)
menyatakan bahwa, moral merupakan kemampuan seseorang membedakan antara yang
baik dan yang buruk. Nilai moral yang terkandung dalam karya seni bertujuan
untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik
buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan,
sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap
baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu, masyarakat, lingkungan, dan alam
sekitar. Uzey (2009) berpendapat bahwa nilai moral adalah suatu bagian dari
nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral
selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai
moral.Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia.Nilai moral
inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan manusia sehari-hari.
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan
tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu kelompok yang
meliputi perilaku.
3. Nilai
Pendidikan Sosial
Kata “sosial” berarti hal-hal yang
berkenaan dengan masyarakat/ kepentingan umum. Nilai pendidikan sosial
merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup
sosial. Perilaku sosial brupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi
di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan
hubungan sosial bermasyarakat antar individu. Nilai pendidikan sosial yang ada
dalam karya seni dapat dilihat dari cerminan kehidupan masyarakat yang
diinterpretasikan (Rosyadi, dalam Amalia, 2010). Nilai pendidikan sosial akan
menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok dalam ikatan
kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya.
Nilai pendidikan sosial mengacu pada
hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana
seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan
menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial. Dalam
masyarakatIndonesiayang sangat beraneka ragam coraknya, pengendalian diri
adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan masyarakat.
Sejalan dengan tersebut nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi
masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri
tersendiri, dan berperan penting untuk mendorong dan mengarahkan individu agar
berbuat sesuai norma yang berlaku.
Uzey (2009) juga berpendapat bahwa
nilai pendidikan sosial mengacu pada pertimbangan terhadap suatu tindakan
benda, cara untuk mengambil keputusan apakah sesuatu yang bernilai itu memiliki
kebenaran, keindahan, dan nilai ketuhanan. Jadi nilai pendidikan sosial dapat
disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui
perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut.
Nilai pendidikan sosial juga merupakan sikap-sikap dan perasaan yang diterima
secara luas oleh masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar
dan apa yang penting.
4. Nilai
Pendidikan Budaya
Nilai-nilai budaya menurut merupakan
sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau
suku bangsa yang belum tentu dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat atau
suku bangsa lain sebab nilai budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada
suatu masyarakat dan kebudayaannya. Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak
dari adat, hidup dan berakar dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti
dengan nilai budaya lain dalam waktu singkat. (Rosyadi, dalam Amalia, 2010).
Uzey (2009) berpendapat mengenai
pemahaman tentang nilai budaya dalam kehidupan manusia diperoleh karena manusia
memaknai ruang dan waktu. Makna itu akan bersifat intersubyektif karena
ditumbuh-kembangkan secara individual, namun dihayati secara bersama, diterima,
dan disetujui oleh masyarakat hingga menjadi latar budaya yang terpadu bagi
fenomena yang digambarkan.
Sistem nilai budaya merupakan inti
kebudayaan, sebagai intinya ia akan mempengaruhi dan menata elemen-elemen yang
berada pada struktur permukaan dari kehidupan manusia yang meliputi perilaku
sebagai kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan material. Sistem nilai
budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian
besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai
dalam hidup.Karena itu, suatu sisitem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai
pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
Dari berbagai pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa sistem nilai pendidikan budaya merupakan nilai yang menempati
posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya
abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada
gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda-benda material
sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pepper (dalam Soelaeman, 2005:35) mengatakan bahwa nilai adalah segala
sesuatu tentang yang baik atau yang buruk. Sejalan dengan pengertian tersebut,
Soelaeman (2005) juga menambahkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dipentingkan
manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk,
sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dalam seleksi
perilaku yang ketat.
Hakikat pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang
pendidik haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan
anak didik jika pendidiknya sendiri belum dewasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Fadlillah Muhammad. 2004. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
terima kasih anda telah meluangkan waktu untuk membaca blog ini, semoga bermanfaat dan saya harap beri komentar agar saya bisa memperbaiki mana yang kurang.
saya ucapkan terima kasih sekali lagi :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar